Selasa, 14 April 2015

Kisah Ustad Yusuf Mansur



Yusuf Mansur adalah salah satu Ustad yang saat ini sedang naik daun. Beliau terkenal dengan ceramahnya yang bertema sedekah dan menghafal Qur’an. Apalagi waktu bulan Ramadhan seperti ini hampir semua stasiun televisi menampilkan tauziyah beliau. Sebenarnya siapa Ustad Yusuf Mansur dan bagaimana beliau menjadi dikenal orang, berikut penulis ulas biografi dan profil beliau serta sepak terjang beliau di dunia dakwah.

Perjalanan Karier Ustad Yusuf Mansur

Ustad Yusuf Mansur memiliki nama asli Jam’an Nurkhatib Mansur. Beliau terlahir sebagai anak sulung dari lima bersaudara pada tanggal 19 Desember 1976 dari pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrifah. Yusuf Mansur adalah asli orang Betawi. Keluarga beliau termasuk keluarga yang berkecukupan dan terpandang sehingga sejak kecil beliau tidak pernah kekurangan apapun. 

Yusuf Mansur menyelesaikan studi menengah atasnya di Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol, Jakarta Barat dengan predikat kelulusan terbaik. Setelah tamat madrasah tahun 1992, beliau melanjutkan kuliah di jurusan Teknik Informatika namun tidak sampai lulus karena kebandelan beliau yang lebih memilih balapan motor ketimbang meluluskan kuliah.

Yusuf Mansur muda memiliki jiwa Enterpreneurship sehingga saat memutuskan keluar dari kampus, beliau membuka usaha sendiri dibidang informatika namun karena kurang berhati-hati, Yusuf Mansur ditipu oleh rekannya yang membuat beliau terlilit hutang sampai miliaran rupiah. Sehingga beliau harus merasakan “nikmatnya” hidup di hotel prodeo selama dua bulan.

Setelah beliau bebas dari penjara, beliau tidak kapok untuk mencoba berbisnis lagi namun mungkin nasib baik belum menghampirinya sehingga beliau harus berurusan dengan utang yang segunung lagi dan harus masuk penjara untuk yang kedua kalinya di tahun 1998 karena tak sanggup bayar hutang.

Saat di penjara untuk yang kedua kalinya inilah Yusuf Mansur benar-benar mengintrospeksi dirinya. Apa sebenarnya yang salah dengan dirinya sehingga harus masuk bui dua kali, beliau juga lebih mendekatkan diri pada Sang Khalik. Sampailah ia pada kesimpulan mungkin selama ini beliau hanya menghitung untung rugi saja tanpa menunaikan hak orang lain yaitu sedekah.

Berangkat dari pelajaran hidup yang sudah ia lalui itulah maka sewaktu bebas beliau berjualan es di terminal Kali Deres dan beliau sisihkan sebagian untuk disedekahkan. Awal mula berjualan es, Yusuf Mansur hanya menggunakan sebuah termos kecil dalam menjajakan dagangannya, namun seiring dengan waktu bergulir beliau tidak lagi menjajakan esnya dengan termos namun sudah lebih maju lagi yaitu dengan gerobak dan bisnis esnya pun semakin maju lagi dengan adanya anak buah. Yusuf Mansur pun semakin yakin akan kekuatan dari sedekah.

Suatu hari Yusuf Mansur bertemu dengan seorang polisi. Mereka lalu menjadi kawan dan Yusuf Mansur dikenalkan dengan sebuah LSM. Yusuf Mansur akhirnya memutuskan untuk bekerja di LSM tersebut. Disela-sela kesibukannya sebagai relawan LSM, Yusuf Mansur menulis sebuah buku hasil pengalamannya selama ini mulai dari saat keluar kuliah kemudian berbisnis gagal hingga masuk penjara dua kali, terutama adalah pengalaman batinnya ketika rindu dengan orang tuanya dan pengalaman spiritualnya ketika mendekatkan diri pada Alloh SWT. Buku tersebut berjudul Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang.

Sebenarnya buku itu dibuat hanya untuk mengungkapkan perasaannya saat itu tetapi diluar dugaan buku tersebut laris manis di pasaran bahkan menjadi buku Best Seller di toko buku – toko buku di tanah air. Hal ini membuat Yusuf Mansur tak habis pikir, beliau hanya bisa bersyukur sebanyak-banyaknya bersyukur kepada Alloh SWT.

Dari buku tersebut akhirnya Yusuf Mansur banyak diundang untuk bedah buku Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang. Dari bedah buku akhirnya meluas ke undangan untuk ceramah di beberapa tempat. Disetiap ceramahnya, Yusuf Mansur selalu berpesan pada audience untuk memperbanyak sedekah karena dari sedekah itulah akan dibukakan pintu pemecahan setiap masalah. Beliaupun mengakui apa yang beliau dapatkan selama ini karena keajaiban dari sedekah, beliau juga sering memberi contoh pengalaman nyata orang lain yang memperoleh kemajuan karena sedekah.

Sejak saat itulah nama Yusuf Mansur mulai banyak dikenal orang. Ceramahnya pun banyak yang berkonsep tentang sedekah dan ini kemudian menjadi keunikan beliau. Jika Ustad Uje unik dengan gaulnya, Aa’ Gym unik dengan Jagalah Hati, maka Ustad Yusuf Mansur unik dengan Keajaiban Sedekah.

Jemaah pengajian Yusuf Mansur yang tergabung dalam nama Jemaah pengajian Wisata Hati semakin hari semakin bertambah banyak. Nama Ustad Yusuf Mansur semakin berkibar ketika bertemu dengan Produser dari label PT Virgo Ramayana Record yaitu Bapak Yusuf Ibrahim. Bersamanya Yusuf Mansur melaunching kaset Tausiah Kun Fayakun, The Power Of Giving dan Keluarga.

Walau sudah sukses, Yusuf Mansur tetap istiqomah dalam menjalankann sedekah bahkan lebih. Selain berceramah dan mengeluarkan album, Ustad Yusuf Mansur juga mencoba dunia seni peran. Beliau bersama SinemArt menggarap acara Maha Kasih dimana titik tekannya tetaplah tentang mukjizat dari sedekah yang dicontohkan langsung melalui kisah nyata.

Sejalan dengan suksesnya Tauziah Kun Fa Yakun, bersama Zaskia ADYA Mecca, Agus Kuncoro dan Dhesy Ratnasari beliau juga menggarap film dengan judul yang sama yaitu Kun Fa Yakun. Film ini juga merupakan rangkuman dari ceramah Roadshownya selama Januari hingga April 2008.

Yusuf Mansur juga menyentuh hati jemaahnya melalui layanan sms Kun Fayakuun. Layanan sms ini digunakan untuk menjawab persoalan para jamaahnya tentang permasalahan yang sedang dihadapi karena sesi tanya jawab ketika beliau berceramah dirasa tidak mencukupi. Dari layanan sms ini banyak jamaah dapat secara pribadi berinteraksi dengan Yusuf Mansur.

Yusuf Mansur juga menggagas berdirinya Program Pembibitan Penghafal Al Quran (PPPA) yang mencetak penghafal Qur’an melalui pendidikan gratis bagi para dhuafa yang ada di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Bulak Santri, Cipondoh - Tangerang. Dana dari program ini diambil dari sedekah jamaah Wisata Hati.
Bagi Yusuf Mansur sedekah tak harus menunggu kaya dan tak harus iklas. Lakukan saja dulu sedekah dan latihlah niat agar iklas sehingga suatu saat hati yang iklas itu akan terwujud karena sudah terbiasa melakukannya. Begitulah prinsip yang dipegang Yusuf Mansur. Sama dengan berjilbab, pakai dulu jilbabnya tak usah menunggu bersih dari dosa, sembari berjilbab fisik, hati dan akhlak pelan-pelan diperbaiki sehingga tak terasa suatu saat tidak hanya fisik yang memakai jilbab namun hati juga akan “memakai jilbab”.

Yusuf Mansur juga mendirikan usaha di bidang informatika bersama dua temannya yaitu dengan mendirikan Perguruan Tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika. Hal ini dilakukan karena walaupun gagal lulus di jurusan infromatika namun sebenarnya Yusuf Mansur sangat menyukai bidang ini karena bidang ini berpotensi untuk mengintensifkan dakwah Islam dan membangun jaringan umat Islam yang solid.

Ada lagi program Yusuf Mansur yang juga menjadi idola dan berpotensi merangkul banyak jamaah yaitu Chatting dengan Yusuf Mansur yaitu sebuah program talk show yang ditayangkan AnTV. Dalam acara ini Yusuf Mansur sebagai Host dan Denni Cagur Co-Host sering mengundang Narasumber yang berasal dari berbagai kalangan yaitu pengusaha, artis, tokoh masyarakat dan inspiring people lainnya. Mengupas tentang kisah sukses mereka dan berbagai hal lainnya. Dalam acara ini juga diisi dengan tauziyah singkat dari Ustad Yusuf Mansur, doa bersama serta berbagai lagu religi baik itu yang dibawakan oleh bintang tamu atau juga oleh Home Band.

Bersama AnTV Yusuf Mansur juga memandu acara Kuliah Online yang membahas tentang ayat-ayat dalam Al Qur'an.

Kisah Cinta Yusuf Mansur Dengan Siti Maemunah

Perjuangan Yusuf Mansur dalam menemukan jodoh juga sejalan dengan sulitnya hidup yang harus dilalui beliau dahulu sebelum Alloh membukakan jalan bagi beliau seperti sekarang ini. Berikut adalah kisah cinta Yusuf Mansur dengan Maemunah.

Sebelum Yusuf Mansur dikenal masyarakat seperti saat ini, beliau pernah jatuh bangun membuat usaha. Suatu hari ketika beliau terlilit hutang, beliau sering dicari orang untuk ditagih hutangnya serta sering menerima berbagai teror berkaitan dengan hutang piutang.

Yusuf Mansur adalah orang yang amanah, beliau bukannya tak mau membayar hutang namun memang saat itu uangnya masih diputar untuk usahanya sehingga belum bisa untuk membayar. Saat itu beliau sudah sadar akan pentingnya sedekah dimana beliau mengambil anak yatim untuk dibiayai. “Saat itu saya kebetulan sedang mengambil anak yatim untuk diasuh. Lantas, saya berdoa kepada Allah. Ya Allah, sekarang terserah Engkau, kalau saya sampai masuk penjara berarti siapa yang akan membiayai anak yatim ini,” ujarnya dalam doa.

Akhirnya doanya dikabulkan Alloh dan ia pun memperoleh kemudahan dalam membayar hutangnya. Sebagai ungkapan rasa syukurnya, beliau berniat mengambil satu anak yatim lagi untuk dibiayai sekolahnya. Berangkatlah Yusuf Mansur ke sebuah SLTP di daerah Cipondoh – Tangerang. Setelah bertanya ke Kepala Sekolah, Yusuf Mansur dikenalkan kepada Siti Maemunah yang saat itu duduk dibangku kelas tiga. Kepala Sekolah juga bercanda bahwa Yusuf Mansur sepertinya juga berjodoh dengan Siti Maemunah. “Gadis ini cocok juga kok kalau untuk dijadikan istri,” tutur Kepala Sekolah saat itu. Namun Yusuf Mansur tidak menanggapinya karena niatnya adalah mencari anak asuh yatim bukan mencari istri, lagi pula Maemunah saat itu juga masih sangat muda dan masih bersekolah.

Maemunah atau Mumun adalah seorang yatim yang baru saja ditinggal ayahnya. Mumun memiliki tiga adik yang masih kecil yang hanya hidup dengan ibunya. Yusuf Mansur akhirnya memutuskan untuk mengambil Mumun sebagai anak asuh.

Candaan Kepala Sekolah itu masih terngiang di hati Yusuf Mansur, diam-diam beliau tertarik juga dengan paras ayu serta polos Mumun. Akhirnya Yusuf Mansur pun menyatakan niatnya untuk menikahi Mumun. Karena Mumun masih belia akhirnya mereka menikah siri dulu pada bulan Ramadhan tahun 1999 ditempat guru Yusuf Mansur di daerah Bogor. Dan setahun kemudian yaitu di tahun 9 September 2000 pasangan ini menikah secara agama dan negara di KUA Tangerang.

Ada cerita menarik tantang cara mereka ber ta’aruf. Mumun tinggal tak jauh dari rumah kakak Yusuf Mansur sehingga ketika Yusuf Mansur bertandang ke rumah kakaknya beliau juga bersilaturrahim di rumah Mumun. "Belakangan saya pikir-pikir, dia cantik juga. Enggak kalah sama artis-artis yang ada di televisi," ujar sang ustad terkekeh. Dari situlah mereka berdua akhirnya mengenal lebih jauh. Mereka tak mau menyebutnya dengan pacaran karena memang ketika mereka bertemu juga tidak hanya berduaan namun ada juga adik-adik dan ibu Mumun di sana, sedangkan pacaran konotasinya lebih ke negatif yang dilarang agama, mereka lebih suka menyebutnya ta’aruf. "Kalau kata pacaran kok kayaknya negatif banget, ya," ujar Yusuf.

Masa-Masa Setelah Menikah

Saat malam pertama, Mumun yang waktu itu memang masih belia tidak mau sekamar dengan suaminya, Mumun masuk kamar pengantin dan hanya mengambil bantal lalu keluar lagi menuju kamar ibunya. Yusuf Mansur hanya heran melihat tingkah istrinya. Lha sudah bersuami kok masih tidur dengan ibunya. Namun setelah dibujuk akhirnya Mumun mau tidur dengan suaminya. Memang saat itu usia Mumun masih 14 tahun dan Yusuf Mansur 23 tahun.

Sebenarnya Maemunah bukan tidak tahu kewajiban istri yang harus melayani suami akan tetapi hanya lantaran masih malu dan Yusuf Mansur memakluminya. Ada hal menarik dari kisah cinta mereka, setiap habis melakukan kewajiban sebagai suami-isttri mereka berdua langsung sujud kepada Alloh agar jangan dulu dikaruniai anak karena usia Mumun yang masih muda, masih malu jika harus hamil dan mereka secara ekonomi juga belum stabil. Hal itu berlangsung selama dua tahun. Mumun tak perlu mengkonsumsi KB dan doa adalah lebih mujarab. Alloh Maha Tahu kemampuan hambanya, selama itupun Mumun berhasil untuk tidak hamil dulu. Mereka berdua memilih menikah muda untuk menghindari zina.
Yuusf Mansur dan Keluarga

Hingga tanggal 29 November 2001, dua tahun setelah mereka menikah akhirnya Mumun melahirkan anak perempuan cantik yang diberi nama Wirda Salamah Ulya. Mereka sangat bahagia, diberi momongan di waktu yang tepat dan kondisi yang tepat pula. "Setelah bayi kami lahir, saya berani gendong-gendong sampai ke luar rumah. Apalagi Wirda cantik sekali,"ujar Memunah. Dan pada tanggal 20 Juli 2005 lahirlah anak kedua mereka yang bernama Qumii Rahmatul Qulmul.

Mumun adalah tipe istri sholehah, ia sangat mengerti keadaan suaminya yang memang saat itu belumlah berkecukupan seperti saat ini dan ia sabar akan hal itu. Sesaat setelah menikah mereka tidur di ranjang yang kasurnya sangat tipis dan berderit jika dibuat gerak. Ranjang itu juga bukan hasil membeli sendiri melainkan ranjang pemberian ibundanya. Yusuf Mansur juga pernah menjadi kuli ayam potong yang memasok rumah makan dengan upah hanya 20 ribu per hari. Walau begitu pasangan ini tetap harmonis. Canda dan tawa selalu mengiringi hari-hari mereka walau ekonomi masih pas-pasan. Mereka berdua adalah pasangan penyuka humor, mungkin inilah yang membuat hidup mereka selalu bahagia apapun kondisinya.

Rumah Tangga Yusuf Mansur juga pernah digoncang isu tak sedap. Yusuf Mansur dikabarkan dekat dengan Atina Janda Hadad Alwi, namun beliau santai saja menjawabnya, “Atina itu rekan dalam program pendidikan di pesantren saya, dan banyak ibu-ibu lain yang juga terlibat, lha jamaah saya kebanyakan ibu-ibu.” Begitu terangnya. Beliau juga melanjutkan “Pokoknya istri saya (Maemunah) itu surga deh.”

Menurut beliau walaupun poligami itu halal secara Islam namun beliau tidak mau gara-gara isu tersebut jamaahnya kecewa terhadapnya seperti juga terjadi pada Aa’ Gym. Kebanyakan donatur dan jamaahnya adalah kaum hawa khususnya ibu-ibu yang pastinya banyak yang tidak suka dengan poligami. “Jangan sampai program pendidikan jadi kandas gara-gara ibu-ibu benci saya nikah lagi,” imbuhnya.

Saat Maemunah diwawancarai dalam sebuah talk show tentang perizinannya jika suaminya menikah lagi, jawabannya “ Saya mengizinkan suami saya menikah lagi asal dengan tiga syarat. Pertama istri keduanya harus lebih cantik dari saya, kedua istri keduanya harus lebih kaya dari saya dan yang ketiga saya (Maemunah) harus dipanggil Alloh duluan alias sudah meninggal.” Begitu diplomatis jawabannya membuat Ustad Yusuf Mansur yang semula kaget mendengar awalnya istrinya mengizinkan menikah lagi namun pada akhirnya harus menunggu jika sang istri meninggal duluan membuat sang suami terharu sekaligus bangga memiliki istri cerdas seperti Maemunah.

Suatu hari Yusuf Mansur membaca suatu kisah percintaan abadi sepanjang masa yaitu kisah cinta Ali bin Abi Tholib dengan Fathimah binti Muhammad Rosullullah SAW. Dikisahkan bahwa Ali bin Abi Thalib ra tidak pernah melihat kemaluannya sehingga digelari Karromawloohu Wajhah yaitu Wajah yang dimuliakan Alloh sebab beliau sangat menjaga mata dan pandangannya. Suatu hari istri Sayyidina Ali yaitu Sayyidatinaa Faathima Rodhiyallahu’ anhaa berwasiat “Jika aku mati, Mandikanlah aku dengan tanganmu wahai suamiku. Berikan bidara dan kafani aku, serta kuburkanlah aku diwaktu malam. Jangan sampai ada yang memandikan aku kecuali engkau wahai suamiku, dan jangan ada yang menyaksikan perkuburanku. Aku tidak menambah wasiatku dan aku titipkan engkau wahai suamiku kepada Allah sampai aku bertemu dengan mu kelak. Jama’awloohu baini wa bainaka fii daarihii wa qurbi jiwaarih, Semoga Allah mengumpulkan aku dan engkau suamiku di Rumah-Nya dan di sisi-Nya.” Ustad Yusuf Mansur dan istrinya berkaca-kaca membaca kisah romantis tersebut. Apalagi ketika Yusuf Mansur pun mengatakan akan memegang wasiat seperti itu jika semisal istrinya mendahuluinya serta sebaliknya, kecuali tentang penguburan yang tidak mungkin masa sekarang tidak ada yang mengetahuinya.

Itulah cerita romantis antara Yusuf Mansur dan Maemunah, semoga bisa menjadi tauladan bagi pasangan muslim lainnya.
 

Kawan Anak Sekolah Copyright © 2009 Cookiez is Designed by vio for Free Blogger Template